Kajian “Dampak dari Operasional Insinerator Sampah Rumah Tangga Terhadap Kualitas Udara di Kota Bandung dengan Menggunakan Pemodelan Matematis”

Permasalahan sampah masih menjadi tantangan besar bagi Kota Bandung seiring meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas perkotaan yang semakin kompleks. Jumlah penduduk Kota Bandung pada semester pertama tahun 2024 mencapai 2.579.837 jiwa. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), total timbulan sampah Kota Bandung pada tahun 2024 mencapai 546.151,49 ton/tahun atau setara dengan 1.496,31 ton/hari. Komposisi terbesar berasal dari sampah rumah tangga (60%). Dari total timbulan tersebut, sampah yang terkelola sebesar 467.475,93 ton/tahun (85,59%), dengan rincian penanganan sebesar 369.161,83 ton/tahun (67,59%) dan pengurangan sebesar 98.314,10 ton/tahun (18%). Artinya, masih terdapat 14,41% sampah yang belum terkelola dengan baik di Kota Bandung.

Tingginya volume sampah tersebut menimbulkan tekanan serius terhadap kapasitas Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sebagai bentuk komitmen untuk mencapai target pengelolaan sampah nasional, Pemerintah Kota Bandung terus mendorong penerapan pendekatan Reduce, Reuse, dan Recycle (3R) atau melalui Program KangPisMan (Kurangi Pisahkan Manfaatkan). Salah satu solusi yang diterapkan adalah pembakaran sampah residu menggunakan incinerator. Teknologi ini diharapkan dapat mengurangi beban TPA sekaligus menekan dampak lingkungan akibat sampah yang tidak terkelola.

Namun demikian, penggunaan Insinerator juga menimbulkan potensi pencemaran udara. Komposisi sampah sangat memengaruhi kualitas emisi yang dihasilkan. Kandungan bahan organik, plastik, logam berat, dan kadar air dalam sampah dapat menghasilkan polutan berbahaya seperti partikulat, karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), serta senyawa toksik lain jika pembakaran tidak berlangsung optimal (Permen LHK No. P.70/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016). Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara di sekitar instalasi Insinerator perlu dilakukan secara sistematis.

Langkah penting dalam pemantauan ini adalah melakukan inventarisasi emisi, yaitu proses menghitung dan mendata besaran emisi yang dilepaskan ke atmosfer berdasarkan komposisi sampah, faktor emisi, dan laju pembakaran (USEPA, 1995). Hasil inventarisasi emisi kemudian digunakan sebagai masukan dalam pemodelan dispersi udara menggunakan perangkat lunak seperti AERMOD, yang mensimulasikan pergerakan dan penyebaran polutan di udara ambien dengan mempertimbangkan kondisi meteorologi dan karakteristik sumber emisi (USEPA, 2019).

Terkait dengan hal tersebut di atas,  Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung bekerjasama dengan PT Rekinas, melakukan Kajian “Dampak dari Operasional Insinerator Sampah Rumah Tangga Terhadap Kualitas Udara di Kota Bandung dengan Menggunakan Pemodelan Matematis” 

Scroll to Top